Rabu, 22 Desember 2010

Anak yang Mendekatkan Dirinya pada Buku

Abdul Aziz Rasjid
Jawa Pos, 12 Des 2010
1. Seorang bocah laki-laki berusia tujuh tahun, terbiasa membaca buku-buku untuk menemukan informasi yang tak ia dapat dari lingkungan sosialnya. Ketika ia merasa bosan dengan rutinitas yang diatur oleh keluarganya, bocah itu akan menyusuri laci meja, almari dan rak-rak buku untuk menemukan apapun yang dapat ia baca.
Bocah itu bernama Edward, oleh orangtuanya ia sering dicemooh karena membaca buku-buku —dari otobiografi, selebaran, komik, catatan sekolah saudara-saudaranya sampai catatan orangtuanya— yang semestinya tidak/belum boleh dia baca. “Rasa ingin tahu akan membunuh jiwamu”, begitu orang tuanya pernah berkata padanya. Tetapi Edward tak peduli.
2. Di sebuah gudang, seorang bocah yatim, menenteng buku berjudul Les Tribulations d’un Chinois en Chine atau Petualangan seorang Tinghoa di Negeri Tiongkok karya Jules Verne. Bocah itu bernama Sartre, ia duduk di atas ranjang besi, mata mungilnya menyusuri

Jumat, 17 Desember 2010

Mendorong Era Guru " Go Blog"

  • Oleh Yohanes Eko Nugroho
Bila ada siswa merasa kurang jelas saat mengikuti pelajaran di kelas maka siswa tersebut dapat
mengunduh materi tersebut dari blog guru

MEMBACA berita dan iklan peluncuran ’’Ponsel SM Expresia’’, sebagai upaya lebih mendekatkan diri dengan SM Community (SM, 27/11/10 dan 14/12/10), yang kali pertama muncul dalam benak saya adalah betapa praktisnya mengakses smua informasi yang disuguhkan Suara Merdeka.

Dengan kata lain blog SM nantinya dapat diakses secara lengkap melalui fitur-fitur ponsel itu sehingga tak berlebihan jika koran ini mempunyai  slogan ’’Perekat Komunitas Jawa Tengah’’, bahkan lebih dari itu, tidak hanya terbatas di provinsi ini. Pesatnya perkembangan blog dan inovasi pengakses seperti ponsel yang di-launching itu tentunya menjadi inspirasi baru bagi pegiat pendidikan, di antaranya adalah guru.

Senin, 06 Desember 2010

Secangkir Kopi Minat Baca

Sudah satu tahun yang lalu saya rasakan racikan kopi Aceh langsung di Banda Aceh. Kopi dengan aroma yang menggoda ini diracik langsung di depan mata. Segelas kopi ini mampu menghipnotis penggemarnya untuk duduk bersama dikedai kopi sebelum berangkat kerja atau untuk menghilangkan lelah setelah seharian bekerja. Satu kedai kopi di sana dipenuhi puluhan orang dengan tujuan sama minum kopi, tetapi topik pembicaraan berbeda-beda sehingga kedai kopi ini terlihat seperti orang menikmati kopi dengan “egonya” masing-masing. Saya juga sering rasakan racikan kopi dari acil-acil di warung-warung pinggir jalan atau racikan djulak-djulak di pasar dengan rasa yang berbeda-beda
Nah, beberapa hari yang lalu saya nikmati kopi yang berbeda. Saya di undang teman kantor untuk menikmati Kopi dari kedai kopi kecil dipinggiran kota Banjarbaru. Sungguhan kopi yang berbeda diracik di kedai komunitas Jempol Merdeka ini. Apanya yang berbeda? Kopinya sama saja tetapi racikan suasana yang berbeda. Kedai kopi yang kecil dimake up sedemikian rupa menyerupai suasana “ngedeso” dan ditambah dengan rimbun pepohonan yang menggambarkan ngopi itu back to nature.

Entri Populer