Nama lengkapku M. Jazuli Rahman. Saya dilahirkan di Hulu Sungai Selatan, tepatnya di desa Sirih pada hari Rabu tanggal 22 Juni 1983 dari pasangan guru SD M. Yamani dan Rahimah. Walaupun dilahirkan di sana tetapi masa kecil dihabiskan di Banjarbaru. Tugas kedua orang tua saya sebagai guru SD di kota inilah yang menyebabkan saya meninggalkan kampung kelahiran. saya hanya mempunyai 1 kakak perempuan bernama Marny Rustina.
Selama anak-anak dan remaja dihabiskan di 2 kota berdampingan, yaitu Banjarbaru dan Martapura. Saya menamatkan Sekolah Dasar di SDN Sungai Besar 6 (1995), Sekolah Menengah Pertama di SMPN 4 Martapura(1998) dan Sekolah Menengah di SMAN 1 Martapura (2001).
Selepas SMA melanjutkan kuliah ke Universitas terbesar di Kalimantan Selatan, yaitu Universitas Lambung Mangkurat. Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan program studi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah menjadi pilihan pertama.Selama 4 tahun dapat menyelesaikan pendidikan keguruan ini dengan skripsi berjudul "Konflik Sosial Budaya dalam Cerita Rakyat Nisan Berlumur Darah". Skripsi ini menghantarkan saya mendapatkan S1 dengan sebutan Sarjana Pendidikan.
Satu hari setelah wisuda saya diterima bekerja di organisasi kemanuasiaan yang sudah lama saya ikuti semenjak 2001. Palang Merah Indonesia memberikan kesempatan menjadi staf Markas PMI Cabang Banjar yang menghantarkan ke berbagai macam pertualangan hidup. sejak tahun 2005 sebagai staf PMI saya bertugas untuk mengkoordinir program Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat miliknya PMI yang berkerjasama dengan Palang Merah Denmark. Ada 3 desa yang menjadi binaan PMI kabupaten Banjar. Yaitu desa Lok Buntar dan desa Tajau Landung Kecamatan Sungai Tabuk, Desa Sungai Batang Ilir kecamatan Martaputa Barat. Selama hampir 2 tahun tugas terselesaikan. Kemudian sejak 2007 tugas dialihkan menjadi membina relawan PMI cabang Banjar dan Pelayanan Penanggulangan Bencana. Selama di PMI ini pula yang menghantarkan saya berkunjung melihat budaya-budaya daerah lain. diantaranya : Jakarta, Bogor, Banten, Semarang, Yogyakarta, Medan, Menado dan Aceh. perjalanan ini bukan untuk pesiar, tapi tugas kemanusiaan yang dibebankan oleh PMI Pusat.
Rasa kangen di dunia pendidikan membuat saya bertekad kembali untuk memasukinya. Akhirnya sejak 1 April 2009 pemerintah Kabupaten Banjar memberikan kepercayaan untuk menempatkan saya di SD Bertaraf Internasional. Saya mengajar sesuai dengan latar belakang yang dimiliki, yakni guru Bahasa Indonesia. Namun pihak sekolah menambahkan tugas tambahan dengan membina PMR di sekolah dan mengelola Lingkungan Hidup. 2 prestasi yang telah kami raih atas tugas ini yaitu Sekolah Peduli Lingkungan Hidup dan Sekolah Sehat.
Pada tahun 2013 Sekolah Bertaraf Internasional dihapuskan oleh pemerintah pusat. Saya yang berlatar belakang S1 Bahasa dan Sastra Indonesia tidak dapat lagi mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Maka, Saya mengajukan mutasi kerja ke sekolah yang memerlukan guru Bahasa Indonesia yaitu sekolah dengan tingkatan SMP atas SMA.
Usul mutasi saya disetujui pihak Pemerintah Kabupataten Banjar. Saya ditempatkan di sekolah baru dibangun di salah satu desa kecamatan Karang Intan. Sekolah yang diberi nama SMPN 6 Karang Intan inilah yang menjadi pengabdian saya sekarang ini.
Pada tahun 2013 Sekolah Bertaraf Internasional dihapuskan oleh pemerintah pusat. Saya yang berlatar belakang S1 Bahasa dan Sastra Indonesia tidak dapat lagi mengajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Maka, Saya mengajukan mutasi kerja ke sekolah yang memerlukan guru Bahasa Indonesia yaitu sekolah dengan tingkatan SMP atas SMA.
Usul mutasi saya disetujui pihak Pemerintah Kabupataten Banjar. Saya ditempatkan di sekolah baru dibangun di salah satu desa kecamatan Karang Intan. Sekolah yang diberi nama SMPN 6 Karang Intan inilah yang menjadi pengabdian saya sekarang ini.